Welcome

Welcome.. ^_^ This is my world...

Desember 24, 2011

FF: Pria di Pohon Sakura

Kali ini, FF ini berkisah tentang seorang pria misterius yang ditemui seorang wanita. Ia sering duduk dibawah pohon sakura untuk memperhatikan wanita itu. Kira-kira siapa yaa pria misterius itu..? Apa dia punya niat jahat terhadap wanita yang sering ia perhatikan itu. Kalo penasaran, silakan dibaca short FF ini.
Happy reading.. leave a comment yaa... ^_^

Title           : Pria di Pohon Sakura
Author       : Cha Hye Ri
Cast           : Naia, Kim Jae Joong, Ahjussi penjaga kedai kopi
--------------------------------------------------------------------

Pria di Pohon Sakura

Musim semi kali ini aku masih disini. Bunga sakura yang bermekaran dimusim ini menambah indah hari-hari yang akan kau lewati.

Seperti biasa, perjalananku kekampus selalu melewati sebuah taman yang hanya ditumbuhi pohon sakura. Sehingga apabila musim semi tiba, taman itu dipenuhi oleh pengunjung yang datang bersama keluarga ataupun teman untuk sekedar menikmati bunga sakura yang bermekaran di setiap musim semi.
Tahun pertama, sebagai orang Indonesia aku masih takjub oleh kehadiran musim semi. Menikmati bunga sakura yang bermekaran setiap hari. Tahun kedua dan ketiga, sudah terasa biasa saja, semua sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan sekarang tahun keempat, aku baru menyadari sebuah pohon sakura paling besar diantara yang lainnya ditaman itu, padahal aku sudah berkali-kali melewatinya. Musim semi keempat dan mungkin yang terakhir bagiku.
Bagaimana aku menyadari keberadaan pohon besar itu adalah saat aku membalas senyum seseorang. Entah siapa, aku pun tidak mengenalnya. Dia, dengan wajah yang dihiasi oleh poni, wajah yang sendu dengan kantung mata yang membuat matanya semakin sendu duduk di bawah pohon sakura yang paling besar itu dengan tangan memegang sebuah buku.
Dia yang waktu itu menatap lurus kedepan, mungkin memandang orang yang lalu lalang disekitar taman. Tatapannya yang menerawang membuatku memperlambat langkah kakiku untuk maju.
Disunggingkan senyumnya untuk seseorang. Ku lirik kanan dan kiriku, hanya nampak orang yang lalu lalang yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Mengira aku yang diberikan senyum itu, ku balas dan menganggukkan kepala. Ia pun juga membalas. Seketika hangat mengalir di wajahku. Semoga rona merah yang muncul tak sampai kepenglihatannya. Waktu terasa berhenti.
Seketika aku tersadar dan kembali kulangkahkan kakiku menuju kampus yang tadi sempat tertunda oleh senyum pria asing itu.
Hari berikutnya hal yang sama terjadi. Kembali ku dapati pria itu duduk di bawah pohon sakura dengan buku di tangan kirinya. Tak kusangka, senyum itu menyapaku lagi. Kali ini dia tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kembali ku balas senyum itu. dengan ragu ku langkahkan kakiku menuju pohon sakura tempat pria itu duduk. Seketika langkahku terhenti, karena melihat pria itu kembali sibuk dengan bukunya. Ku urungkan niatku untuk sekedar menyapanya.
Pagi berikutnya, aku melihat pria itu dengan banyak buku ditangannya melangkah didepanku. Mungkin menuju pohon sakura itu lagi.
BUG.
Oh! Dia ditabrak seorang anak kecil. Bukunya berserakan dijalan. Aku jadi terpaku, tak berusaha membantunya. Kembali ia lanjutkan langkahnya, mungkin tak sadar 1 buku masih tergeletak dijalan. Ku pungut buku yang berjudul The Letter of My Mind itu. Ku ikuti langkahnya dari belakang.
“Ahjussi”, panggilku.
Tampaknya dia tidak mendengar, karena tak ada tanda-tanda dia akan menoleh atau sekedar berhenti melangkah. Seperti biasa dia duduk dibawah pohon sakura paling besar, lagi.
Ku sunggingkan senyum saat dia menatapku.
“Ahjussi, bukumu tadi terjatuh” ucapku sambil menyodorkan bukunya.
Diterimanya tanpa mengucapkan apa-apa. Hanya menganggukan kepala dan tersenyum. Mungkin isyarat sebagai ucapan terima kasih.
Aku terpaku dihadapannya yang kembali sibuk dengan bacaannya. Dan tatapanku mengarah pada jari manisnya yang dihiasi oleh cincin bermata satu yang indah.
Ah! Rupanya dia sudah punya seseorang. Aku tersenyum kecil.
“Ahjussi, apa kau setiap hari menghabiskan waktumu disini?” tanyaku.
Sekali lagi, dia hanya menatap dan mengangguk sambil tersenyum.
“Sepertinya kau menunggu seseorang. Apa dia selalu datang?” tanyaku masih penasaran.
Dan sekali lagi, dia hanya tersenyum dengan tatapannya mengarah padaku. “Mungkin dia tidak ingin diganggu, lebih baik aku pergi saja”, batinku.
“Ahjussi, bagaimanapun senang bertemu denganmu, namaku Naia” ucapku sambil mengulurkan tangan.
Kembali dia hanya mengangguk dan tersenyum sambil menjabat tanganku tanpa mengucap sepatah katapun. Terasa dingin cincinnya di tanganku. Akupun pergi meninggalkannya. Ia pun tak menahanku pergi untuk sekedar berterima kasih atau mengucap namanya untukku.
Ah! Pria ini membuatku kesal.
Hari selanjutnya aku kembali melewati taman itu. Dan kembali kulihat dia tetap menyunggingkan senyum manisnya. Tanpa memperlambat langkah, tetap kulalui taman tanpa menoleh padanya.
“Pria yang kurang sopan, buat apa aku menghampirinya lagi” pikirku.
Hari selanjutnya aku tak lagi melewati taman itu, kutinggalkan kota Seoul tanpaku sempatkan untuk pamit kepada pria penuh senyum dan kurang sopan yang pernah kulihat.
Aku pulang ke Indonesia karena masa studiku di Korea telah selesai. Aku lulus dengan gelar Sarjana Desain. Sekarang aku membuka butik sendiri didekat rumahku. Bulan kedua berdirinya Butik Kim milikku, aku mendapatkan sebuah paket. Seoul, Korea Selatan. Kota itu yang tertulis didata pengirim, dari Kim Jae Joong.
Kim Jae Joong? Aku merasa tidak punya kenalan dengan nama itu. Ku buka paket itu. Betapa terkejutnya aku melihat isinya, sebuah cincin berlian dan sebuah buku. The Letter of My Mind, judul buku itu. Seketika ingatanku mengarah pada pria penuh senyum di pohon sakura.
“Apa mungkin dia yang mengirimkannya?” batinku.

2 minggu kemudian..

Aku kembali ke Seoul untuk mengambil ijazah. Kusempatkan lewat ditaman sakura dekat kampus dengan membawa paket yang datang secara misterius 2 minggu lalu. Tak ku dapati lagi pria penuh senyum di pohon sakura itu. Mungkin karena ini bukan musin semi. Masih penasaran, ku dekati kedai kopi dekat taman dan memesan segelas mokacino.
“Ah! Naia-ssi” ucap paman di kedai itu, “annyeong haseo..” lanjutnya yang membuatku heran.
“Annyeong haseo ahjussi..”, sapaku juga.
“Anda kenal saya?” tanyaku penasaran.
“Nde. Pria yang sering duduk dipohon sakura itu sering bercerita tentangmu” jelasnya.
“Mwo?? Dia kenal aku??”, tanyaku semakin penasaran.
Paman itu hanya tersenyum sambil meracik pesananku tanpa menjawab rasa penasaranku.
“Ah! Ahjussi, kau kenal pria itu kan? Aku ingin mengembalikan paket yang ditujukan untukku padanya. Aku tidak bisa menerima ini semua. Kau bisa memberitahuku tempat tinggalnya?”
“Aku tidah tahu Naia-ssi. Mianhae..”
“Kalau begitu aku titip padamu saja. Nanti kau yang memberikan padanya. Bagaimana?”
“Naia-ssi, sebaiknya kau terima saja pemberiannya”
“Tapi ini terlalu berharga ahjussi, aku merasa tidak pantas menerimanya. Paling tidak aku tahu alasannya memberi barang ini padaku.”
“Naia-ssi, ku sarankan ambillah saja barang itu, anggap saja itu sebagai ucapan terima kasihnya.”
“Ahjussi”
“Naia-ssi, kau sangat mirip dengan mendiang istrinya. Setiap hari dia duduk di bawah pohon sakura tempat pertama kali dia bertemu dengan istrinya itu. Setelah istrinya meninggal karena kecelakaan, dia berniat mengubur barang ini di bawah pohon sakura itu. Tapi, saat melihatmu lewat, dia mengurungkan niatnya. Dan seperti yang kau tahu, dia setiap hari duduk dibawah pohon sakura itu untuk sekedar melihatmu lewat” jelas paman di kedai kopi itu panjang lebar.
Aku terpaku mendengar penjelasannya.
“Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa istrinya itu, dia syok dan jadi bisu” lanjutnya.
Aku semakin terdiam mendengar penjelasan paman itu. Pantas saja dia diam saja selama aku mengajaknya bicara dulu.
“Arraseo. Kalau begitu, bisa kau berikan alamatnya padaku? Aku ingin bertemu dengannya untuk sekedar berterima kasih mungkin” ucapku kemudian.
“Sebaiknya jangan cari dia”
“Nde. Kalau kau tidak mau memberitahuku, aku akan cari tahu sendiri” ucapku.
“Naia-ssi, baiklah” ucapnya. Kemudian mengambil secarik kertas dan menuliskan sebuah alamat disitu.
***
Berbekal sebuah alamat yang dituliskan paman di kedai kopi dekat taman, aku tiba ditempat ini. Masih terngiang ditelingaku kata-kata paman itu,
‘Apapun yang kau temui, jangan pernah menyesal. Dulu, kau memilih untuk pergi tanpa pamit’.
Ada bunga sakura dirumput hijau yang masih segar itu. Mungkin paman di kedai itu yang meletakkannya disana. Dibawah nisan Kim Jae Joong.

-end pria dipohon sakura-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar